Ubud, Bejo, Goreng dan Angel

Tulisan kali ini dimulai dari sebuah pengakuan.

Iya, pengakuan.

Aku mengaku kepada kalian semua, pembaca yang budiman… Kalau aku sudah lama sekali tidak menulis. Membiarkan blog ini dengan semena-mena. Padahal aku sekarang menetap di kota Ubud. Kota yang katanya banyak menginspirasi para penulis kondang. Atau berhasil membuat mereka menelurkan karya-karya luar biasa. Nyatanya, aku menikmati proses pembelajaran tinggal sendiri di kota dan pulau orang lain, sehingga aku sama sekali lupa untuk menulis!

Memalukan ya!!!

Tapi lebih baik mengakui kebablasan ini sambil dengan rendah hati mencoba mencoret-coret lagi layar laptop. Istilah yang bukan secara harafiah, tentunya. Orang bilang, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali! Walaupun terlambatnya hampir mencapai satu tahun, aduh blog ku, kasihan banget kamu yaaa…

 

Sebenarnya banyak banget yang bisa diceritain pasca aku pindah ke kota Ubud. Kota kecil yang tidak terlalu kecil ini, menyimpan begitu banyak misteri di balik setiap keindahan dan kedamaiannya. Misteri yang membuat mereka yang telah melangkahkan kakinya ke tempat ini, enggan untuk melangkah pergi menjauhinya. Bagaimanapun iming-iming keindahan di luar kota Ubud. Kota ini seakan menarik jiwa-jiwa tertentu untuk tetap bersimpuh di atas tanahnya. Entah mengapa.

 

Namun bukan berarti aku tidak pernah bosan. Kebosanan kadang melanda dalam jiwaku, saat aku sedang melihat senja memerah yang terpampang jelas dari balkon rumah kami. Kebosanan juga bisa menyelinap saat aku menyetir di antara hamparan sawah menghijau di kiri dan kanan sisi jalan. Maaf jangan di geplak, ini bukan menyombong, namun rasa bosan pasti ada saja, segimanapun bagus dan indahnya kondisi kita saat ini. Namanya juga manusia, kita selalu saja merasa rumput tetangga lebih hijau dari pada rumput sendiri.

 

Tetapi anehnya rasa bosan tersebut tidak akan bercokol lama. Ada-ada saja saat dimana rasa rindu menggebu ingin kembali ke rumah hanya untuk duduk menikmati secangkir kopi bercampur susu sambil memandang sendu surya yang perlahan turun. Langit memerah dengan latar belakang pohon kelapa, pohon pisang, pohon papaya maupun pohon-pohon lainnya memang luar biasa! Biasanya kalau rasa rindu menyerbu seperti ini, aku akan langsung pulang saja ke rumah walau seribu cowok ganteng mengajakku bertemu untuk minum kopi di tempat lainnya. Aku emang anaknya anak rumahan kok, hahaa.

 

Hari ini rumah kosong. Seakan seluruh area menjadi milikku. Ups, maaf, masih ada tiga ekor anjing sih yang selalu mengikuti kemana-mana dengan mata yang melihatku ke arahku dengan harap-harap cemas, berharap aku memberi mereka makan. Padahal baru lima menit lalu aku memberi mereka makan. Dasar rakus! Atau sudah hilang ingatan???

 

Anyway, tiga ekor anjing ini manis-manis deh. Pelengkap manis yang membuat rasa rindu akan rumah selalu muncul. Satu ekor anjing berwarna hitam namanya Goreng. Dia anjingku. Kutemukan saat masih berumur 1 bulan di pulau Lombok. Untunglah saat membawanya ke Ubud, aku tidak ditangkap pihak polisi atau pihak manapun karena membawa seekor anjing dari luar. Gosipnya di pulau Bali ini tidak boleh loh ada anjing masuk lagi. Mungkin karena sudah kebanyakan ya. Walau Goreng 100% terlihat seperti anjing Bali, tetapi takutnya karena lokasi penemuannya, akan jadi masalah.

Aku dan Goreng.

Ah tapi, sekarang dia bobo manis di samping kakiku. Selalu deh kalau aku ada di rumah, dia maunya nempel terus macam perangko. Goreng selamat masuk Ubud. Beruntung kamu, Goreng… Sekarang dia jadi anjing Ubudian yang takut air, walaupun kemarin di air terjun dia memberanikan diri untuk berenang pertama kalinya! Yaaah, karena dulunya juga ditemukan di kaki gunung Rinjani sih, jadi mungkin Goreng termasuk anjing gunung! Duileh… Goreng ini salah satu penyebab kenapa aku selalu kangen rumah. Walau kadang bikin keki, karena dia suka enggak mau di sayang-sayang pas lagi aku mood pengen nyayang, tapi selalu ada rasa kangen kalau ga lihat dia sehariiii aja.

 

Seekor anjing putih lainnya bernama Bejo. Bejo ini dipelihara dengan manis dan penuh kasih sayang yang kadang terlihat kelewatan oleh teman serumahku, Riri. Bejo emang manis sih. Sakin manisnya, selalu saja kita tidak sampai hati mengusir dia dari atas tempat tidur.

 

Aku sendiri selalu berpikir Bejo ini aslinya manusia, karena tatapan matanya selalu berkata seakan kita ini mahluk aneh buat dia. Tatapan matanya selow, kalem, seakan tidak terlalu perduli, tapi tetap saja memperhatikan kita. Bejo suka banget gonggong hal-hal yang kita engga lihat… Hiiii… Sekarang juga Goreng suka ikut-ikutan gitu… Yahh, katanya anjing itu lebih sensitif dari manusia ya. Tapi Bejo suka bikin ketawa, karena dia suka gonggong marah-marah sama pohon atau daun sehingga bikin kita binggung dan terheran-heran, padahal engga ada apa-apa yang kita lihat. Yaelah Bejo….

Bejo. Aku yakin dia ini pasti ada jiwa manusianya. Beneran deh!!!

 

Bejo juga suka di photo. Kalau dilihat dari photo, seakan kupingnya bisa lebih besar dari kepalanya. Seluruh rambutnya yang berwarna putih terlihat kontras dengan Goreng yang berwarna hitam. Seperti Yin dan Yang. Ahh, di Bali ini, apapun selalu dipercaya ada Yin dan Yang-nya. Termasuk di rumah kami, ternyata.

Yin dan Yang ini tiap  hari asik banget kerjaannya mandangin sawah menghijau terus… Kalah deh orang kantoran di Jakarta 😛

 

Anjing kecil yang termungil sebetulnya bukanlah anjing kami. Anjing kecil tak bertuan maupun bermama ini perlahan berjalan kaki masuk ke 9 Angels. Apa itu 9 Angels?  Nantilah ya, aku jelaskan kapan-kapan. Sekarang ini moodnya lagi berceloteh soal anjing-anjing Rumah Ceria. Yup, begitulah kami menyebut tempat peristirahatan kami di Ubud ini. Karena ditemukan di 9 Angels, kami namailah dia Angel. Tadinya kami ragu-ragu. Kalau ternyata dia laki-laki, kami telah setuju untuk memanggil dia Angelo. Ternyata dia perempuan, fix deh, anjing kecil yang berwarna khas anjing Bali ini kami panggil Angel.

Selipan promosi tentang 9 Angels, tempat terkeren di Ubud, hahahaa…

 

Berhubung tidak ada yang bisa merawat Angel, jadilah aku bawa pulang. Walau cukup stress setengah mati akan kehadiran Angel di rumah. Rumah kami terletak di lantai 2, lalu Angel masih terlalu kecil untuk turun tangga. Tiap pagi saat kami bangun tidur, pasti kami dihadiahin poo dan pee-nya di mana-mana. Hiks.

 

Sambil tutup hidung kuat-kuat, aku harus mengerus poo-poo hijau, kuning, coklat, hitam, yang berlendir itu dari atas lantai. Ughhh…. Alamak Angel!!! Tiap kali rasa dongkol mencuat, aku lalu melihat matanya baik-baik. Innocent banget sih kamu Angel, jadinya ya aku ga bisa marah. Sabar aja deh, semoga kamu cepat besar sehingga bisa turun tangga, lalu semoga saja ada yang mau adopsi kamu secepatnya. Kalau kamu tahu ada orang yang mau pelihara anjing, coba coba hubungi aku ya – sekalian promosi iniii…

Susah photo Angel karena dia selalu bergerak deh… Tapi coba lihat matanya, innocent kan?
Kalau lagi manis gini, siapa coba yang tega marahin?

 

Dari setiap keunikan tingkah laku anjing-anjing ini, membuat aku cukup terhibur juga. Kadang pengen teriak-teriak marah dan ngegaruk mereka, ketika hendak mengepel rumah, lalu mereka hilir mudik tanpa perduli kalau kaki empatnya meninggalkan jejak-jejak seksi di atas lantai yang baru saja aku pel. Damn. Tapi tanpa mereka rumah tidak akan seru nampaknya. Kadang Bejo di bawa Riri seharian keluar rumah, lalu Goreng akan terlihat bosan sekali di rumah… Kadang ketika Goreng aku bawa jalan-jalan seharian, Bejo akan gelisah karena rumah sepi lalu bermainlah dia ke rumah anjing tetangga, yang ga jarang mereka lalu main ke sawah… Pulang-pulang badan Bejo pasti belepotan tanah dan lumpur.

 

Ahh Goreng, Bejo dan Angel… Kalian ini secara ga sadar membuat hidupku meriah tau… Tetapi tolong yaaa, kalau aku ngepel, kalian duduk aja yang manis di atas bangku. Jangan sampai jalan-jalan di lantai yang basah. Mengertiiii???

 

Oke, udah dulu celotehanku kali ini. Semoga nanti bisa ya aku sharing-sharing cerita eksplorasi tempat-tempat kece yang ada di Ubud dan sekitarnya. Sudah cukup membisunya setahun ini, mari menulis lagi, menghiasi halaman blog ini lagi, sebelum blog ini tidak mengakui aku lagi sebagai pemiliknya. Matur suksema buat teman-teman yang selalu bertanya, kapan aku update blog lagi. Telurnya udah pecah kali ini, semoga tumbuh besar dan sehat ya 😉

 

Salam dari aku yang sedang menikmati senja lavender ini dari balkon rumah.

Senja dari rumah, 12 Mei 2017.

Iya iya, cukup… Ga usah iri gitu.

Sini, sini, pindah ke Ubud aja. Hahahaa.

 

Dea Sihotang

4 Comments Add yours

  1. Bulan says:

    Akuh.
    Nggak.
    Sabar!!!

    Liked by 1 person

  2. raunround says:

    dan gw mewek aja gitu baca ini. somehow it tells me how I unlucky I am not to pet dog since younger age. just now in my thirty I adopt 2,5 dogs. hahaha

    Liked by 1 person

  3. imavandam says:

    Tips buat angel kasih tray atau apa kardus gtu buat tempat khusus di pojok atau gmna enaknya lalu di atas tray / kardus taruhlah koran biar pee dan poo di situ 😉 training poo dan pee di koran biar gak sembarangan trus gampang bersihinnya tinggal ganti korannya Dea 😇 krn angel masih puppy jadi blm bisa atur pee dan poo layaknya anjing dewasa. Aku kebetulan jg baru punya puppy umur 11 minggu sekarang 🐶 aku training pee dan poo nya gtu 😉 sejak umur 8 minggu sih aku baru beli dia. Tadinya pee n poo sembarangan tapi skrg udah di korannya aja 😍

    Like

  4. Wah Dea comeback. :))

    Like

Leave a comment